Kartini di Era Globalisasi
(Refleksi hari kartini 21 April 2016)
Terbit di Harian Radar Banjarmasin Minggu, 24 April 2016 hal 11.
Tanggal 21 April setiap tahunya diperingati sebagai Hari Kartini. Penetapan tanggal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No 108 Tahun 1964 tepatnya tanggal 2 Mei 1964 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Keputusan Presiden tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan sekaligus menetapkan hari lahir Raden Ajeng Kartini tanggal 21 April sebagai hari besar Nasional yang kemudian dikenal sebagai hari Kartini. Untuk mengenang jasa beliau Ibu Kartin, Wage Rudolf Soepratman yang dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya turut menciptakan lagu yang kini kita kenal dengan judul “Ibu Kita Kartini”.
Tanggal 21 April setiap tahunya diperingati sebagai Hari Kartini. Penetapan tanggal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No 108 Tahun 1964 tepatnya tanggal 2 Mei 1964 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Keputusan Presiden tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan sekaligus menetapkan hari lahir Raden Ajeng Kartini tanggal 21 April sebagai hari besar Nasional yang kemudian dikenal sebagai hari Kartini. Untuk mengenang jasa beliau Ibu Kartin, Wage Rudolf Soepratman yang dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya turut menciptakan lagu yang kini kita kenal dengan judul “Ibu Kita Kartini”.
Namun siapakah Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April tersebut? Dari beberapa pertanyaan yang penulis tanyakan kepada siswa perempunan dan kepada masyarakat umum ternyata jawabanya beragam, ada yang mengatakan bahwa ibu Kartini adalah guru olah raga saya, ibu kartini adalah ibu saya, ibu kartini adalah tetangga saya, Ibu Kartini adalah pahlawan nasional. Ini sangat menyedihkan karena kaum hawa khususnya di Indonesia yang bisa bebas seperti sekarang ini sejatinya berkat perjuangan Ibu Kartini pahlawan nasional yang dilahirkan di Jepara Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 dan wafat tanggal 17 September 1904 dalam usian 25 tahun.
Meskipun banyak yang menjawab salah masih beruntung ada yang bisa menjawab benar bahkan ada yang bisa menjawab lebih detail. Memang ironis jika wanita yang diperjuangkanya agar mendapatkan hak untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dan seluas-luasnya, agar wanita diakui kecerdasanya, agar wanita tidak merendahkan diri dan direndahkan derajatnya di mata pria yang dikenal dengan istilah emansipasi wanita tidak mengetahui dan tidak mengenalnya atau tidak mau tahu dan tidak mau mengenalnya. Jika kaum hawa saja banyak tidak tahu dan tidak mengenal Ibu Kartini apalagi kaum adam, kenyataan ini perlu dipikirkan oleh banyak pihak yang mempunyai pengaruh besar dalam hal publikasi.
Bangsa ini ada karena jasa para pejuang, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya (Soekarno). Jangan sampai masyarakat terutama generasi muda lebih mengenal pahlawan dari luar negeri dari pada mengenal pahlawanya negaranya sendiri. Kartini dikenal sebagai sosok wanita dari kalangan bangsawan yang berjuang agar wanita mempunyai peranan yang sama dengan kaum pria. Wanita jangan hanya punya tugas di dapur, dikasur dan di sumur dan berkat kegigihan dan keberanian kartini kini kaum hawa di Indonesia mempunyai peranan yang sama dengan kaum adam dan kenyataan ini dapat kita lihat sekarang ini,hampir di semua profesi wanita hadir, dari tukang cukur hingga direktur, dari pembersih got sampai pilot , dari Ketua RT hingga Kepala negara, dari profesi yang paling ringan resiko hingga yang paling berat, dari pekerjaan yang paling ringan hingga pekerjaan yang berat. Kaum hawa di Indonesia perlu berbangga karena masih banyak di negara-negara di dunia yang keberadaanya masih dianggap tidak penting dan jadi warga negara nomor dua, sementara di negara kita tercinta pria dan wanita sama-sama nomor satu. Gaji wanita dan pria sama dan tidak pernah ada perbedaan. Bahkan kini ada beberapa pekerjaan yang kelihatanya berat terutama di pertambangan yaitu operator alat berat banyak dipercayakan kepada wanita dengan alasan bahwa alat berat tersebut lebih awet jika operatornya wanita.
Ditengah-tengah kecemasan bahwa pemahaman emansipasi wanita sudah kebablasan, beruntung masih ada pihak yang peduli dan mau meluruskan kembali tujuan perjuangan RA.Kartini. salah satu pihak tersebut adalah sekolah. Dan tentunya kita sangat bangga karena masih ada satuan pendidikan yang selalu memperingati hari kartini setiap tahunya dengan mengadakan iven kewanitaan semisal adalah lomba memasak, lomba busana ala kartini selain melaksanakan upacara dengan tujuan agar sebagai wanita indonesia hususnya dan bangsa indonesia umunya, tidak kehilangan jati diri di era globalisasi sekarang ini. Sudah selayaknya satuan pendidikan semacam ini mendapat penghargaan karena selalu mengingatkan siswanya dengan cara menanamkan nilai-nilai luhur perjuangan RA.Kartini kepada generasi penerus bangsa.
Banyak kerjaan pria yang didominasi wanita, namun sebaliknya banyak wanita yang meninggalkan profesi utamanya yaitu memasak, kini memasak malah banyak dikuasai kaum pria. Apakah ini yang diperjuangkan oleh ibu kartini. Celana pendek, rambut pendek itu ciri khas pria namun kini wanita malah bercelana pendek berambut pendek meskipun sebenarnya dalam agama dilarang karena aurat waniti akan begitu jelas kelihatan dan mengundang bahaya untuk wanita itu sendiri. Wanita dan pria sudah dicipakan berbeda, dan nyatanya berbeda jangan salah menterjemahkan arti emansipasi wanita, emansipasi bukan perjuangan untuk menyamakan tetapi perjuangan untuk menyamakan kedudukan di depan hukum, menyamakan kedudukan derajat antara pria dan wanita.
Perjuangan jangan melebihi kodratnya sebagai seorang wanita, karena walau bagaimanapun tetap saja fisik wanita dan pria berbeda. Tuhan menciptakan wanita untuk menjalankan tugas kewanitaanya dan bukan untuk menjadi pria.
Di era globalisasi seperti saat ini dimana manusia bisa mengatasi kendala jarak dan waktu menyebabkan dampak yang luar biasa pada budaya di Indonesia, diantaranya budaya berbusana dan tatakrama perempuan Indonesia. Sosok busana ala kartini yang memakai sanggul berkonde berkebaya dan berjarik, hampir sulit ditemukan dalam keseharian. Busana tersebut seakan hilang dan akan muncul saat akan diperingati hari kartini saja, generasi mudi masa kini seakan gengsi jika mengenakan busana ala kartini karena takut dikatatan bukan wanita era globalisasi. Selamat berjuang kartini Indonesia raihkan keinginan setinggi-tingginya namun jangan meninggalkan identitas dan kodrat sebagai seorang wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar