25 Nopember adalah Hari Guru



Senin, 20 Juni 2016

Sekolah Pavorit

Orang tua mana yang tidak ingin agar buah hatinya sekolah "pavorit". Jangankan orang tua yang putra putrinya diberi kecerdasan diatas rata-rata teman sebayanya, orang tua yang memiliki anak yang kecerdasan dibawah rata-ratapun menginkan yang sama terlebih orang tua yang memiliki anak yang dikategorikan "nakal".
Orang tua mana yang tidak menginginkan buah hatinya mendapatkan pendidikan yang berkwalitas. Namun karena jumlah sekolah semacam itu sangat sedikit sehingga tidak semuanya bisa diterima sehingga terpaksa harus masuk ke sekolah yang bukan pilihanya dengan segala keterbatasan meskipun sama-sama sekolah negeri.
Mengapa tidak semua sekolah bisa jadi pavorit? dan mengapa pemerintah membiarkan hal ini terjadi? Kalau sama-sama dibiayai pemerintah mengapa pelayanan tidak sama?
Sekolah pavorit sebenarnya itu hanya sebutan masyarakat yang tidak tertulis. Karena pemerintah sendiri tidak pernah mengadakan sekolah pavorit. Semua sekolah yang dibangun pemerintah sama, namun lama kelamaan karena posisi dan pelayanan sekolah menurut masyarakat baik lalu masyarakat mengatakan sekolah tersebut pavorit sehingga ketika penerimaan siswa baru orang tua berbondong-bondong mendaftarkan buah hatinya ke sekolah tersebut akhirnya jumlah pendaftar membludak sementara yang diterima hanya setengahnya saja atau seperempatnya saja, karena memang daya tampungnya sedikit. Sekolah macam inilah dikatakan sekolah pavorit karena jumlah pendaftar dengan yang diterima tidak sama bahkan banyak yang ditolaknya daripada yang diterimanya, padahal setelah masuk belum tentu cara mengajar gurunya lebih baik dari sekolah yang menurut mereka bukan sekolah pavorit.
Benarkah sekolah pavorit lebih maju?
Coba kita pikirkan bersama
Siwa sekolah pavorit sudah pilihan artinya bibitnya OK
Jumlah siswanya banyak sehingga uangnya pasti banyak dan masih ditambah dengan bantuan. Orang tua "mampu" dan "mendukung". Jadi jangan bangga jika guru sekolah pavorit menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Untuk pembanding coba pemerintah adakah penelitian bagaimana jika disekolah pavorit tersebut diisi dengan anak didik yang "biasa" apakah akan menghasilkan yang luar biasa? Jika ya berarti memang sekolah dan gurunya yang hebat jika tidak berarti siswanya yang hebat.
Sebaiknya pemerintah mencoba sekolah pinggiran yang serba kekurangan diberi bantuan sama. sarana dan prasarana sama, guru disiapkan sama, segala kegiatan dibiayai. bandingkan hasilnya?
Berhasil itu jika anak biasa menjadi "luar biasa"
tetapi kalau anak luar biasa menjadi luar biasa itu ""biasa.
Sudah saatnya bangsa ini menjalankan Pancasila yaitu sila kelima"keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Perlakukan terhadap anak yang luar biasa dan anak biasa harus sama dan adil. Mereka yang ada dipinggiran juga anak Indonesia yang harus dapat perlakukan sama karena bukan keinginan mereka lahir disana dengan segala keterbatasan. Kalau yang dipinggir dipinggirkan maka pemerintah sendiri yang menciptakan konplik. Kita menginginkan anak yang biasa dan anak yang luar biasa maju bersama untuk Indonesia yang lebih maju.




Tidak ada komentar: