MOS (Masa Orientasi Sekolah) jika
kiranya masih perlu dilaksanakan di sekolah namun jangan melibatkan seniornya
tetapi libatkan semua guru saja dan tidak perlu memakan waktu berhari-hari
karena sebenarnya untuk memperkenalkan itu tidak perlu waktu lama, kita jangan
memaksa siswa yang baru masuk sehari akan tahu semuanya. Setiap kelas ada wali
kelasnya, alangkah lebih bijak cukup wali kelas yang akan memperkenalkan
hal-hal lain yang belum mereka ketahui tentang sekolah dan kegiatan di sekolah
sehingga aksi kekerasan, perpeloncoan dan balas dendam tidak akan terjadi antara
senior dan yuniornya, agar terjadi hubungan yang baik penuh persaudaraan antara
senior dan yunior lebih baik mengadakan pentas seni, paskibra, baca puisi, olah
raga dan kebolehan lainya dengan cara seniornya menunjukan kebolehan mereka
masing-masing dan biarkan siswa baru menonton dan setelah pentas, senior
bersalaman dengan siswa baru dengan penuh persaudaraan. Dan untuk
memperkenalkan semua pendidik dan tenaga kependidikan dengan siswa baru cukup
apel dilapangan terbuka dan kepala sekolah memperkenalkan satu persatu
nama pendidik dan tenaga kependidikan
setelah itu bersalaman.
Stop Perpeloncoan pada MOS (Masa
Orientasi Sekolah), jika masih ada cukup berhenti sampai tahun ini saja semoga
tidak terdengar lagi berita seperti yang menimpa Evan Situmorang siswa kelas
VII SMP Flora Bekasi Jawa Barat pada kegiatan MOS (Masa Orientasi Sekolah)
tahun tahun berikutnya walau penyebab kematian masih diselidiki dan berharap
bukan karena mengikuti MOS. Satu nyawa buat bangsa ini adalah satu bangsa,
jangan bekali anak didik kita dengan dendam dan kekerasan karena fungsi
Pendidikan Nasional seperti disebutkan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003
pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
(artikel ini dimuat di Harian Radar Banjarmasin Minggu, 16 Agustus 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar