25 Nopember adalah Hari Guru



Jumat, 21 Agustus 2015

Masih Perlukan MOS di Sekolah?

MOS (Masa Orientasi Sekolah) jika kiranya masih perlu dilaksanakan di sekolah namun jangan melibatkan seniornya tetapi libatkan semua guru saja dan tidak perlu memakan waktu berhari-hari karena sebenarnya untuk memperkenalkan itu tidak perlu waktu lama, kita jangan memaksa siswa yang baru masuk sehari akan tahu semuanya. Setiap kelas ada wali kelasnya, alangkah lebih bijak cukup wali kelas yang akan memperkenalkan hal-hal lain yang belum mereka ketahui tentang sekolah dan kegiatan di sekolah sehingga aksi kekerasan, perpeloncoan dan balas dendam tidak akan terjadi antara senior dan yuniornya, agar terjadi hubungan yang baik penuh persaudaraan antara senior dan yunior lebih baik mengadakan pentas seni, paskibra, baca puisi, olah raga dan kebolehan lainya dengan cara seniornya menunjukan kebolehan mereka masing-masing dan biarkan siswa baru menonton dan setelah pentas, senior bersalaman dengan siswa baru dengan penuh persaudaraan. Dan untuk memperkenalkan semua pendidik dan tenaga kependidikan dengan siswa baru cukup apel dilapangan terbuka dan kepala sekolah memperkenalkan satu persatu nama  pendidik dan tenaga kependidikan setelah itu bersalaman.

Stop Perpeloncoan pada MOS (Masa Orientasi Sekolah), jika masih ada cukup berhenti sampai tahun ini saja semoga tidak terdengar lagi berita seperti yang menimpa Evan Situmorang siswa kelas VII SMP Flora Bekasi Jawa Barat pada kegiatan MOS (Masa Orientasi Sekolah) tahun tahun berikutnya walau penyebab kematian masih diselidiki dan berharap bukan karena mengikuti MOS. Satu nyawa buat bangsa ini adalah satu bangsa, jangan bekali anak didik kita dengan dendam dan kekerasan karena fungsi Pendidikan Nasional seperti disebutkan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantoro menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep pendidikanya. Taman berarti tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak senatiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti sebuah taman, pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan. Ketika bel sekolah berbunyi semestinya sebuah kegembiraan dimulai dan ketika bel pulang berbunyi anak-anak enggan untuk pulang.
(artikel ini dimuat di Harian Radar Banjarmasin Minggu, 16 Agustus 2015)

Tidak ada komentar: