25 Nopember adalah Hari Guru



Minggu, 13 September 2015

Lahirnya Generasi Nunduk

Jika kita perhatikan ditempat-tempat dimana orang banyak berkumpul misalnya di taman, di terminal, di bandara, di station kereta api dan tempat lainya, banyak orang yang menunduk. Menunduk bukan berarti sedang berdoa,a atau menunduk karena malu, tetapi menunduk dengan mimik wajahnya yang berubah-ubah kadang  tampak tersenyum, sedih,cemberut, dan terkadang bisa berteriak, sambil memegang sesuatu dengan kedua tanganya, sementara jari jemarinya menari-nari, dan sesekali  mulutnya kumat kamit.
Menunduk juga banyak kita jumpai pada anak-anak balita yang seharusnya tidak melakukanya, karena alat itu bukan untuk mereka, tetapi karena terlalu sayangnya orang tua dengan mereka, mungkin juga karena takut anaknya tidak gaul, takut anaknya ketinggalan jaman atau karena anaknya menangis akhirnya orang tuapun membelikan mereka gadget. Sehingga apa yang terjadi berikutnya? Ketika anak anak berkumpul tidak lagi main bersama, bensedau gurau, bercengkrama, dan berbicara satu dengan lainya tetapi mereka berkumpul dan masing-masing  menunduk sambil memegang gadget di tanganya. Saking asyiknya mereka bisa lupa segalanya, dipanggil namanya pun susah menyahut, apalagi disuruh belajar. jika mereka kelelahan duduk,  berikutnya berbaring dengan tidak lepas dari tanganya yang namanya gadget. Apakah ini tanda-tanda lahirnya generasi nunduk?
Perkembangan teknologi komunikasi berkembang sangat cepat sekali. Berkomunikasi tidak perlu  biaya yang mahal dan waktu yang lama dengan mendatangi untuk bertemu tetapi bisa dilakukan dengan sangat cepat sekali tidak mengenal jarak dan waktu, saat itu ingin komunikasi maka saat itu juga lawan bicara bisa meladeninya. Tidak hanya suara dan tulisan tetapi wajahpun bisa tampil seakan-akan bicara berhadapan. Kirim file, foto, dan dokumen lainya tidak pakai lama karena bisa menggunakan email ,BBM atau dengan fasilitas lainya. Bahkan pesan tiket, kirim uang, cek nilai kurs mata uang, sampai pesan barangpun bisa dilakukan dengan menunduk tanpa pergi jauh.
HP cangggih atau smartphone pasti bisa internetan bukan? Ada kebaikanya tetapi ada juga yang menyalahgunakanya, salah satu contoh ketika ujian, di dalam ruangan bisa mengirim soal kepada seseorang yang entah dimana keberadanya kemudian mengirimkan kembali jawabanya. Tak jarang juga dalam pertemuan atau ada rapat, mereka lebih suka menunduk mempermainkan smartphone-nya, bahkan sampai bisa  update status. Apakah ini gunanya smartphone?
Menunduknya orang dewasa mungkin sedang cari berita yang menunjang  bisnisnya, menunduknya ibu-ibu mungkin sedang mencari resep masakan, menunduknya mahasiswa mungkin cari artikel yang menunjang tugas kuliahnya, menunduknya wartawan mungkin sedang menyusun berita hangat tentang Pilkada atau tentang nilai tukar rupiah yang terus merosot atau sedang menyusun berita tentang unjuk rasa buruh dan berita lainya. Tapi menunduknya anak balita, apa yang mereka kerjakan? Jawabanya mudah, yaitu main game. Orang tua tentu sulit melarangnya, namun orang tua perlu punya jurus cerdas agar game yang dimainkanya adalah yang mendidik dan tidak berbau pornografi dan kekerasan.
Banyak anak-anak gara-gara mengikuti perkembangan zaman biar dikatakan keren, rela maksa orang tuanya untuk beli HP yang seperti punya kawanya, padahal penghasilan orang tuanya paspasan bahkan  ada yang dibawah rata-rata. Akhirnya walaupun dengan berhutang, atau dengan cara kredit  dikabulkan juga permintaan anaknya, gara-gara anaknya minta dibelikan HP yang antara lain bisa BBM, Fb, Skype, line, WeChat dan lain-lain.
Tidak jarang anak-anak bisa berkelahi di sekolah, dan setelah diselidiki ternyata penyebabnya gara-gara salah paham di media sosial yang dilalukanya diluar lingkungan sekolah. Disinilah tantangan bagi pihak sekolah khususnya guru TIK (Teknologi Informasin dan Komunikasi) agar  bisa memanfaatkan fasilitas yang mereka miliki  agar bisa mengambil yang positipnya saja, ajari mereka cara berkomunikasi yang santun, ajari cara menulis sms yang benar dengan mengirimkan terlebih dahulu kepada guru TIK-nya lalu diberitahu kekeliruanya dalam menulis dan menyusun kata-kata. Dan perlu disosialisasikan juga bahwa seseorang bisa dipidana gara-gara menulis di media sosial yang tidak santun.
Kemajuan teknologi  komunikasi  tidak bisa kita hindari, tetapi bukan berarti tidak bisa kita kendalikan agar yang positipnya saja yang bisa diambil, bukankah Tuhan juga menciptakan yang halal dan juga menciptakan yang haram tetapi kita diberi akal dan pengetauan, dengan begitu bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,  mana yang membawa ke jalan yang benar dan mana yang menyesatkan. Ini menjadi tantangan bagi orang-orang yang bergelut di dunia pendidikan agar bisa mengeluarkan jurus pengendali pesatnya kemajuan teknologi terutama smartphone.

Guru jangan tutup mata dengan datangnya teknologi canggih, justru harus mengikuti agar bisa ikut mengendalikannya. Ada FB, ada twitter, ada BBM dan yang lainya bagaimana kalau media tersebut dipakai sebagai media pembelajaran sehingga gadget yang mereka miliki bisa dimanfaatkan. Misalnya, di facebook atau di BBM bikin grup  mata pelajaran Agama, matematika, IPS, IPA dan mata pelajaran lainya, kemudian beri informasi tentang materi pelajaran yang akan dilaksanakan besok, atau mau ulangan beritahu kisi-kisinya lewat grup tersebut atau apa saja sehingga sedikit banyak akan mengurangi anak didik untuk membuka situs-situs yang membahayakan diri mereka sendiri dan masa depan bangsa karena berbau pornogradi dan kekerasan, dan keharusan ini bukan saja guru mata pelajaran TIK  saja karena bagi sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013, mata pelajaran TIK tidak berdiri sendiri, berarti semua guru harus terjun memanfaatkanya. Sehingga  menunduknya generasi kita akan menghasilkan sesuatu yang berarti bagi masa depan mereka sendiri, berarti buat orang tua,  masyarakat dan berarti bagi kemajuan  bangsa Indonesia.
Radar Banjarmasin Minggu 13 September 2015

Tidak ada komentar: