Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Inilah ucapan yang banyak diucapkan
oleh umat muslim di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia sebagai akibat
tragedi jatuhnya crane di
Masjidil Haram, Mekkah, Jumat, 11 September 2015 menjelang magrib waktu
setempat,.
Jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekah, Selain mengakibatkan
107 orang wafat, sebanyak 238 lainnya dilaporkan terluka. Kecelakaan terjadi saat jemaah sedang menanti datangnya
waktu salat magrib. Seorang pekerja di Masjidil Haram, Abdel Aziz Naqoor,
menyatakan ia menyaksikan crane tersebut jatuh setelah terkena badai.
Tragedi robohnya crane di
Masjidil haram tersebut, menewaskan sepuluh orang jamah haji asal Indonesia
berpulang sebelum menuntaskan rukun haji (liputan 6, 15/9/2015). Dan, dari sekian korban
asal indonesia yang meninggal, ada seorang guru ekonomi SMA Negeri 8 Bandung
yaitu Raden Ajeng Joppy Lili (Tempo.co 13/9/2015).
Tentunya penulis sebagai sesama warga negara
Indonesia dan sesama pendidik turut berduka dengan kejadian tersebut. Semoga
yang meninggal dapat tempat yang layak disisi-Nya dan yang ditinggalkan diberi
ketabahan.
Musibah robohnya crane sudah terjadi, dan tentunya kita tidak bisa serta merta menyalahkan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi atau dihubung-hubungkan dengan kedatangan seseorang kesana. Tetapi biarlah ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua.
Musibah robohnya crane sudah terjadi, dan tentunya kita tidak bisa serta merta menyalahkan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi atau dihubung-hubungkan dengan kedatangan seseorang kesana. Tetapi biarlah ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua.
Pertama pembelajaran bagi Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi, agar diperhitungkan kembali
keamanan menggunakan crane untuk
membangun Masjid disaat calon jamaah haji dari seluruh dunia banyak berkumpul,
dan kita berharap agar kejadian runtuhnya crane di Masjidil Haram tidak
terulang lagi di kemudian hari.
Niat
pemerintah Kerajaan Arab Saudi memang baik. Mengingat semakin meningkatnya
minat umat muslim di seluruh dunia untuk menunaikan ibadah haji, maka perlu
memperluas Masjidil Haram agar daya tampungnya bertambah banyak, ditambah
fasilitas lain yang tentunya untuk kenyaman dan keamanan selama umat muslim
berada di sana. Oleh karena itu, walaupun calon jamaah haji dari seluruh dunia
semakin banyak berdatangan dan memadati Masjidil Haram,alat itu terus beroperasi,
karena mungkin ada jaminan dari perusahaan bahwa crane tidak akan membahayakan
calon jemaah haji. Tapi, tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa akan datang
badai yang mengakibatkan robohnya crane.
Kedua pembelajaran bagi kontraktor-kontraktor yang
membangun gedung tinggi di dunia, yang
tentunya menggunakan crane termasuk di kota-kota di Indonesia. Mereka
sebaiknya memeriksa kembali keamanan
menggunakan alat tersebut, agar tidak membahayakan masyarakat disekitarnya,
terutama jika tiba-tiba datang badai seperti yang terjadi di Arab Saudi.
Ketiga pembelajaran bagi kita manusia yang masih
diberi kesempatan menghirup udara di dunia fana. Kematian adalah sesuatu yang
pasti terjadi dan menimpa siapapun manusia di dunia, yang laki-laki ataupun
yang perempuan, yang tua ataupun yang mudanya, yang kaya ataupun yang miskin.
Itu semua sesuai dengan firman Allah SWT bahwa setiap yang berjiwa akan
merasakan mati (QS. Ali Imran:185).
Meskipun ia berusaha dengan maksimal dan optimal untuk selalu
menjauhi dan menghindarinya. Kendatipun ia berada di dalam benteng kuat yang
tak mudah dihancurkan senjata canggih apapun yang dijumpai di muka bumi,
bungker kokoh yang keberadaannya sangat tersembunyi, istana megah yang diawasi
oleh ribuan penjaga perkasa tak tertandingi namun tetap kematian itu akan
datang menemui dan menghampirinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah; “Di mana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (QS. An-Nisa’:78)”. Namun demikian, kita
mengharapkan agar menghadapi kematian dengan keimanan dan amal-amal shalih dan
meninggalkan dunia fana ini dengan khusnul khatimah.
Ketahuilah bahwa hidup dan mati menjadi rahasia Allah SWT, tak
seorangpun tahu kapan ajal akan menjemput, dan di mana tempatnya. Kewajiban kita
yang masih hidup adalah beribadah dan bekerja sesuai kemampuan kita
masing-masing. Sabda nabi Muhammad SAW “bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan
besok engkau akan mati, dan bekerjalan untuk duniamu seakan akan engkau akan
hidup seribu tahun lagi”.
Walau musibah demi musibah sering terjadi disaat umat muslim
menjalankan ibadah haji dengan menyebab yang berbeda, namun tidak menyurutkan
minat umat muslimin, tak terkecuali di Indonesia untuk bisa menunaikan ibadah
haji. Karena menunaikan ibadah haji adalah rukun islam yang kelima dan hukumnya
wajib bagi yang mampu, baik mampu fisik maupun mampu ekonomi. Mengunjungi tanah
suci Mekkah adalah dambaan setiap umat muslim di seluruh dunia, dan karena
keterbatasan tempat pemerintah kerajan Arab Saudi membatasi kuota untuk
masing-masing negara untuk mengirimkan jemaahnya. Akibatnya banyak calon jamaah
haji yang harus menunggu bertahun-tahun hingga belasan tahun.
Musibah jatuhnya crane sudah terjadi, dan menurut berita bahwa
Pemerintah Arab Saudi akan menanggung biaya korban seluruhnya. Selain dari itu
juga ada kesepakatan kuota tambahan yang diberikan khusus kepada Indonesia(tempo.co
15/9/15).
Keluarga yang ditinggalkan tentunya sangat berduka, karena selain
kehilangan orang yang sangat dicintainya, juga mereka kehilangan masa depan
terutama jika yang meninggal adalah tulang punggung keluarga. Namun bagi yang meninggalkan
mungkin ini adalah keinginanya, karena entah sadar atau tidak dia pernah
mengucapkan ingin meninggal di Tanah Suci seperti cerita Jemaah asal Sumatra
Barat, Nurhayati Rasad Usman, 65 tahun.
Menurut Putri ketiganya yaitu Yosi Agriani, 31 tahun, ibunya
pernah menonton televisi yang menyiarkan kabar calon haji meninggal di Tanah
Suci. Saat itu ibunya menyatakan ingin juga wafat di sana. "Kata ibu saat
itu, ‘enak ya meninggal di Mekah. Kalau ibu di sana, pengen juga
meninggal di sana’," kata Yosi. (Tempo,
14/9/2015), dan kini keinginannya terkabul.
Semoga semua calon jemaah haji yang meninggal dapat tempat yang
layak di sisi-Nya. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Amin.
di muat di Banjarmasin Post
Rabu, 16 September 2015.
di muat di Banjarmasin Post
Rabu, 16 September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar