25 Nopember adalah Hari Guru



Rabu, 16 September 2015

Pembelajaran di Balik Tragedi Crane

Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Inilah ucapan yang banyak diucapkan oleh umat muslim di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia sebagai akibat tragedi  jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah, Jumat, 11 September 2015 menjelang magrib waktu setempat,.
Jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekah, Selain mengakibatkan 107 orang wafat, sebanyak 238 lainnya dilaporkan terluka. Kecelakaan   terjadi saat jemaah sedang menanti datangnya waktu salat magrib. Seorang pekerja di Masjidil Haram, Abdel Aziz Naqoor, menyatakan ia menyaksikan  crane  tersebut jatuh setelah terkena badai.  
Tragedi robohnya crane  di Masjidil haram tersebut, menewaskan sepuluh orang jamah haji asal Indonesia berpulang sebelum menuntaskan rukun haji (liputan 6, 15/9/2015). Dan, dari sekian korban asal indonesia yang meninggal, ada seorang guru ekonomi SMA Negeri 8 Bandung yaitu Raden Ajeng Joppy Lili (Tempo.co 13/9/2015).
Tentunya penulis sebagai sesama warga negara Indonesia dan sesama pendidik turut berduka dengan kejadian tersebut. Semoga yang meninggal dapat tempat yang layak disisi-Nya dan yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Musibah robohnya crane sudah terjadi, dan tentunya kita tidak bisa serta merta menyalahkan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi atau dihubung-hubungkan dengan kedatangan seseorang kesana. Tetapi biarlah ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua.
Pertama pembelajaran bagi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, agar diperhitungkan kembali  keamanan  menggunakan crane untuk membangun Masjid disaat calon jamaah haji dari seluruh dunia banyak berkumpul, dan kita berharap agar kejadian runtuhnya crane di Masjidil Haram tidak terulang lagi di kemudian hari.
Niat pemerintah Kerajaan Arab Saudi memang baik. Mengingat semakin meningkatnya minat umat muslim di seluruh dunia untuk menunaikan ibadah haji, maka perlu memperluas Masjidil Haram agar daya tampungnya bertambah banyak, ditambah fasilitas lain yang tentunya untuk kenyaman dan keamanan selama umat muslim berada di sana. Oleh karena itu, walaupun calon jamaah haji dari seluruh dunia semakin banyak berdatangan dan memadati Masjidil Haram,alat itu terus beroperasi, karena mungkin ada jaminan dari perusahaan bahwa crane tidak akan membahayakan calon jemaah haji. Tapi, tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa akan datang badai  yang mengakibatkan robohnya crane.
Kedua pembelajaran bagi kontraktor-kontraktor yang membangun gedung tinggi di dunia, yang  tentunya menggunakan crane termasuk di kota-kota di Indonesia. Mereka sebaiknya  memeriksa kembali keamanan menggunakan alat tersebut, agar tidak membahayakan masyarakat disekitarnya, terutama jika tiba-tiba datang badai seperti yang terjadi di Arab Saudi.
Ketiga pembelajaran bagi kita manusia yang masih diberi kesempatan menghirup udara di dunia fana. Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi dan menimpa siapapun manusia di dunia, yang laki-laki ataupun yang perempuan, yang tua ataupun yang mudanya, yang kaya ataupun yang miskin. Itu semua sesuai dengan firman Allah SWT bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan mati  (QS. Ali Imran:185).
Meskipun ia berusaha dengan maksimal dan optimal untuk selalu menjauhi dan menghindarinya. Kendatipun ia berada di dalam benteng kuat yang tak mudah dihancurkan senjata canggih apapun yang dijumpai di muka bumi, bungker kokoh yang keberadaannya sangat tersembunyi, istana megah yang diawasi oleh ribuan penjaga perkasa tak tertandingi namun tetap kematian itu akan datang menemui dan menghampirinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah; “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (QS. An-Nisa’:78)”. Namun demikian, kita mengharapkan agar menghadapi kematian dengan keimanan dan amal-amal shalih dan meninggalkan dunia fana ini dengan khusnul khatimah.
Ketahuilah bahwa hidup dan mati menjadi rahasia Allah SWT, tak seorangpun tahu kapan ajal akan menjemput, dan di mana tempatnya. Kewajiban kita yang masih hidup adalah beribadah dan bekerja sesuai kemampuan kita masing-masing. Sabda nabi Muhammad SAW “bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok engkau akan mati, dan bekerjalan untuk duniamu seakan akan engkau akan hidup seribu tahun lagi”.
Walau musibah demi musibah sering terjadi disaat umat muslim menjalankan ibadah haji dengan menyebab yang berbeda, namun tidak menyurutkan minat umat muslimin, tak terkecuali di Indonesia untuk bisa menunaikan ibadah haji. Karena menunaikan ibadah haji adalah rukun islam yang kelima dan hukumnya wajib bagi yang mampu, baik mampu fisik maupun mampu ekonomi. Mengunjungi tanah suci Mekkah adalah dambaan setiap umat muslim di seluruh dunia, dan karena keterbatasan tempat pemerintah kerajan Arab Saudi membatasi kuota untuk masing-masing negara untuk mengirimkan jemaahnya. Akibatnya banyak calon jamaah haji yang harus menunggu bertahun-tahun hingga belasan tahun.
Musibah jatuhnya crane sudah terjadi, dan menurut berita bahwa Pemerintah Arab Saudi akan menanggung biaya korban seluruhnya. Selain dari itu juga ada kesepakatan kuota tambahan yang diberikan khusus kepada Indonesia(tempo.co 15/9/15).
Keluarga yang ditinggalkan tentunya sangat berduka, karena selain kehilangan orang yang sangat dicintainya, juga mereka kehilangan masa depan terutama jika yang meninggal adalah tulang punggung keluarga. Namun bagi yang meninggalkan mungkin ini adalah keinginanya, karena entah sadar atau tidak dia pernah mengucapkan ingin meninggal di Tanah Suci seperti cerita Jemaah asal Sumatra Barat, Nurhayati Rasad Usman,  65 tahun.
Menurut Putri ketiganya yaitu Yosi Agriani, 31 tahun, ibunya pernah menonton televisi yang menyiarkan kabar calon haji meninggal di Tanah Suci. Saat itu ibunya menyatakan ingin juga wafat di sana. "Kata ibu saat itu, ‘enak ya meninggal di Mekah. Kalau ibu di sana, pengen juga meninggal di sana’," kata Yosi. (Tempo, 14/9/2015), dan kini keinginannya terkabul.

Semoga semua calon jemaah haji yang meninggal dapat tempat yang layak di sisi-Nya. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Amin.

di muat di Banjarmasin Post
Rabu, 16 September 2015.

Tidak ada komentar: