25 Nopember adalah Hari Guru



Kamis, 03 September 2015

Problema di Balik Kemurungan Anak


Seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP kembali menjadi korban kekerasan teman dekatnya. Fricilia Dina 15 tahun siswa kelas IX SMP Negeri 51 Bandung kembali menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh temanya yang berinisial SF, 13 tahun, senin sore, 31 Agustus 2015 di pematang sawah, jalan Inpeksi Cidurian, Riung Bandung (Tempo.co 2/9/15).
Kejadian tersebut membuat kita prihatin, turut berduka  dan sekaligus terkejut, karena pembunuhan dilakukan oleh anak usia 13 tahun dan merupakan orang terdekat. Mengenai apa motipnya masih dalam penyidikan pihak yang berwajib walaupun terdengar berita”karena asmara”.
Tidak mungkin ada asap tanpa ada api, anak seusia belasan adalah usia anak yang sedang mencari jati diri dan emosinya masih labil, mereka bisa berubah secara tiba-tiba terlebih jika sedang menghadapi problema, disinilah peran orang tua khususnya ibu sangat dibutuhkan agar bisa meringankan sekaligus memberikan solusi dengan problem yang sedang mereka hadapi. Jangan sampai menyampaikan problemanya kepada orang lain yang mungkin bisa menjerumuskanya.
Masih segar dalam ingatan kita kasus “Angelina” yang banyak menarik perhatian banyak kalangan, termasuk men.PAN RB Yuddy Crisnandi dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindung Anak Yohana Yembise yang sempat mengunjungi rumah korban, di Jl Sedap Malam No 26, Sanur, Denpasar, Bali .
Angeline 8 tahun, siswa kelas II Sekolah Dasar  12 Sanur Bali, merupakan anak angkat Margriet Mendawa yang bersuamikan orang kulit putih. Dia hilang sejak 16 Mei, karena kasus ini menjadi isu nasional, polisi Bali tak surut mencari Angeline. Hingga akhirnya polisi berhasil menemukan jasad Angeline terkubur di dekat kandang ayam di bawah tumpukan sampah di pekarangan rumahnya. Di kuburannya yang hanya setengah meter, dan Saat ditemukan, jasad gadis kecil yang cantik itu sedang memeluk boneka kecil dan terbungkus bed cover (beritakaltim.com 10/6/2015). Kasus keji meninggalnya Angelina diduga dilakukan oleh orang terdekatnya.
Kasus Fricilia Dina, tidak seheboh kasus anggelina, namun ada kesamaannya yaitu pertama  pelakunya adalah “orang terdekat”, dan yang kedua melibatkan dunia pendidikan karena keduanya sama-sama masih duduk di bangku sekolah. Kalau sudah membawa nama sekolah tentunya guru akan terbawa juga, tetapi akankah urusan pendidikan sepenuhnya diserahkan kepada guru saja?
orang tua anak, ketika anak ada di sekolah adalah gurunya. Tetapi berapa jamkah anak ada di sekolah? Lebih banyak dimana anak berada? Tentunya anak lebih banyak di rumah atau di masyarakat. Maka dari itu, janganlah diserahkan sepenuhnya masalah pendidikan itu kepada guru di sekolah, sampai sampai permasalahan yang terjadi di luar lingkungan sekolah, sekolahpun ikut dibawa-bawa bahkan terkadang ikut disalahkan. Walaupun tidak mungkin juga guru akan berpangku tangan, tutup mata,  dan tidak mau membantu problem anak walau itu terjadi diluar lingkungan.
Perubahan sikap seorang anak harus selalu dipantau baik oleh guru di sekolah ataupun orang tua bahkan masyarakat juga harus turut mengawasinya, jangan sampai problem dibalik kemurungan seorang anak akhirnya berujung kematian. Oleh sebab itu,  berharap agar orang tua  lebih memperhatikan kondisi psikologis anak dengan cara lebih banyak meluangkan waktu berkumpul bersama keluarga. “Benteng terkuat adalah keluarga. Karena itu, biasakan sensitif dan observasi. Jangan-jangan di balik kemurungan anak kita ternyata ada problem yang harus kita pahami. Orang tua selalu disibukan oleh kegiatan rutin kerja kerja dan kerja. Dan karena sibuknya ketika pihak sekolah memanggil, yang hadir bukan orang tuanya tetapi saudaranya atau hanya orang kepercayaanya saja. Bukankah anak adalah harta yang ditiipkan Tuhan yang tak ternilai harganya.
Pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara orangtua, masyarakat dan pemerintah hal ini dituliskan dalam UU No 20 Taun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam ayat 2 pasal 7  bahwa “Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”dan dalam pasal 9 bahwa  “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”.
Mengenai tanggung jawab pendidikan anak terdapat perkataan yang berharga dari imam Abu al-Hamid al-Ghazali rahimahullah. Beliau berkata, “perlu diketahui bahwa metode untuk melatih/mendidik anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari urusan yang lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan qalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga dan murni yang belum dibentuk dan diukir. Dia menerima apa pun yang diukirkan padanya dan menyerap apa pun yang ditanamkan padanya. Jika dia dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Dan setiap orang yang mendidiknya, baik itu orang tua maupun para pendidiknya yang lain akan turut memperoleh pahala sebagaimana sang anak memperoleh pahala atas amalan kebaikan yang dilakukannya. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa serta dosa yang diperbuatnya turut ditanggung oleh orang-orang yang berkewajiban mendidiknya” (Ihya Ulum al-Din 3/72).
Akhirnya, penulis berharap kejadian serupa baik yang menimpa Fricilia Dina maupun Angelina dan anak-anak lainya tidak kembali terulang, oleh sebab itu, kita yang punya tanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, masyarakat dan pemerintah harus bersama-sama membantu menyelesaikan problema kemurungan anak agar tidak berakibat fatal, terlebih lagi orang tua harus lebih memperhatikan kondisi psikologis anak dengan cara lebih banyak meluangkan waktu berkumpul bersama keluarga. “Benteng terkuat adalah keluarga. Karena itu, biasakan sensitif dan observasi. Jangan-jangan di balik kemurungan anak kita ternyata ada problem yang harus kita pahami. Kita  khawatir kasus penganiayaan beujung pembunuan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat lerlebih lagi oleh siswa usia sekolah ini merupakan fenomena gunung es yang harus segera diungkap, agar tidak menular kepada yang lainya.
diterbitkab di Opini Banjarmasin Post, Jum.at 4 September 2015






Tidak ada komentar: